Selasa, 15 Januari 2013

Didi Petet bimbingan skripsi

Saya termasuk dalam kelompok mahasiswa yang benar-benar memaksimalkan kesempatan kuliah. Bagaimana tidak? Universitas memberikan kesempatan kepada semua mahasiswa untuk menyelesaikan kuliah maksimal 7 tahun. Artinya, apabila dalam 7 tahun belum selesai maka DO aka Drop Out aka ENYAH KAU DARI KAMPUS INI!. Dan saya benar-benar memaksimalkan kesempatan yang diberikan.
7 TAHUN.

Kala itu ketika bimbingan skripsi ke dosen pembimbing yang killer, kata orang. Dalam kondisi pilek saya menghadap beliau dan diskusi pun dimulai. Sesekali lalu berkali-kali suara 'srut-srutan' dari aliran pilek dihidungpun semakin keras, karena bendungannya semakin penuh. Dosen pembimbing agak kesal lalu meminta saya untuk ke toilet dulu.
 "Kalo mau bimbingan, anggap aja kamu itu mau nge-date, jangan jorok" katanya ketika sudah agak tenang.

Bimbingan berlanjut, dan dalam kondisi agak akrab saya pun menjawab setiap arahannya dengan santai "sip pak... sip pak". Rupanya dosen yang berasal dari kota Medan ini lagi-lagi kesal dengan pilihan kata yang saya gunakan.
"KAMU BISA BILANG 'BAIK' GAK?" tiba-tiba sentaknya agak ke-medan-an.
"bisa pak, baik, emang kenapa pak?" jawab saya polos.
"dari tadi saya dengar sap..sip..sap..sip.. jiga ka babaturan wae (kayak ke temen aja)" tiba-tiba dia nyunda.
"oh, maaf pak, baik..baik"

Rupanya kata 'sip' kurang dia suka.
Bimbingan kembali dilanjutkan dalam situasi agak serius dan saya yang berusaha mengganti 'sip' dengan 'baik' walaupun terkadang keduanya saya sebutkan 'sip pak, eh baik pak'.

Masih dalam situasi agak tegang, tiba-tiba beliau bilang;
 "kalau saya lihat-lihat, kamu ini mirip Didi petet yah" *gubrak*%^#@$!*(
Semua dosen dan staff di ruangan tersebut jadi terbahak-bahak oleh pernyataan tersebut. Ternyata mereka mengikuti bimbingan juga alias 'nguping'. Dan saya cuma berani jawab; "Baik, pak".

Emang mirip gitu? enggak kan?

1 komentar:

okeh, sob,
jadi, komentarnya :